I.
PENDAHULUAN
Menulis karya ilmiah dilakukan oleh
setiap orang yang akan melakukan sebuah penelitian. Biasanya penelitian
dilakukan oleh orang yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi
(Universitas), seperti halnya mahasiswa. Sebuah lembaga akademik diperguruan
tinggi, mewajibkan mahasiswanya untuk melakukan sebuah penelitian dan
menuliskannya kesebuah bentuk karya ilmiah. Tidak bisa dipungkiri lagi, menulis
karya ilmiah sudah menjadi kewajiban yang tidak dapat dihelakkan lagi bagi
mahasiswa agar bisa menamatkan dirinya dari perguruan tinggi.
Membahas aktivitas tulis-menulis
khususnya menulis karya ilmiah, dalam praktiknya tentunya tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan. Menurut Wahab (1999:43), “Kebanyakan penulis
mendapatkan kesulitan dalam meyakinkan pembacanya karena ia tidak mendukung
gagasannya dengan penjelasan yang konkrit.” Pihak
penulis yang hanya mengandalkan ingatannya saja dalam membuat karya tulis
ilmiah tidak akan bisa menghasilkan tulisan yang baik dan
bermutu. Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan Wahab(1999: 5), “Betapapun mahir dan berpengalaman seorang penulis, tak akan
mampu ia menulis dengan kedalaman yang memadai jika ia hanya mengandalkan bahan
tulisan yang tersimpan dalam ingatannya.” Menanggapi hal itu, untuk bisa menghasilkan sebuah karya berupa tulisan ilmiah yang
bermutu, bisa digugu, dan dijadikan referensi oleh pembacanya, pihak akademisi
(penulis karya ilmiah) tidak bisa mengelakkan diri dari aktivitas membubuhi
tulisannya dengan
pernyataan-pernyataan relevan yang diambil dari berbagai pustaka.
Menurut Wahab (1999: 43), “Paling tidak,
ada empat cara mendukung gagasan yang dapat disajikan kepada pembaca, yaitu
dengan memberikan contoh, ilustrasi, kutipan, dan data statistik.” Ia
menambahkan, diantara keempatnya itu, yang agak sukar
dilakukan adalah memberikan data statistik dan kutipan. Menggunakan data statistik, penulis perlu mempertimbangkan data statistik
yang diperlukan itu memang data yang tepat untuk mendukung idenya, dalam
mengutip pun, penulis juga harus mempertimbangkan
pikiran siapa yang dikutip dan bagaimana mencari sumber yang tepat untuk
memperoleh kutipan yang benar-benar diharapkan memenuhi syarat.
Di samping berkaitan dengan kemampuan
bagaimana menuliskan kutipan secara benar, kendala lain sebenarnya juga
berkaitan erat dengan sejauh mana pengetahuan penulis mengenai aturan
menuliskan kutipan (baik langsung maupun tidak langsung) supaya tidak terindikasi
sebagai tindakan meniru (plagiat). Penulis perlu tahu bahwa beda jenis kutipan
berbeda pula cara penulisan kutipannya. Hal itu patut disikapi penulis,
bilamana penulis ingin mendapatkan tulisan
ilmiah yang sesuai dengan aturan pedoman penulisan karya ilmiah.
Ibarat
sayur tanpa garam, terasa hambar pastinya jika tulisan ilmiah tidak
disertai kutipan-kutipan sebagai penguat
sekaligus argumen dari pihak penulis itu sendiri.
Selain wajib mengetahui dan menguasai
hal-hal terkait kutip-mengutip, penulis karya ilmiah juga harus bertanggung
jawab secara etika. Setelah mengutip, penulis perlu mencantumkan informasi
tentang sumber kutipan itu secara jelas. (Tanjung 2009) mengutip pendapat dari
penulis lain harus disertai dengan identifikasi sumber yang jelas. Secara tidak
langsung, hal itu berarti juga sudah sewajarnya penulis karya ilmiah memiliki
pengetahuan, utamanya dalam menuliskan daftar pustaka sebagai wadah
mencantumkan pustaka-pustaka sebagai referensinya.
Penulis menekankan bahwa untuk
menentukan, menemukan, dan menggunakan pustaka yang benar - benar tepat sungguh
tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang apa saja dasar-dasar
menentukan pustaka, khususnya ketika digunakan sebagai bahan dalam penulisan
karya ilmiah. Agar argumen penulis jadi
relevan, mendukung, dan terkait erat dengan pernyataan yang dibuat oleh
penulis, sudah barang tentu penulis tidak boleh keliru menentukan pustaka
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini
adalah sebagai berikut, 1) apa hakikat mengutip?, 2) bagaimana jenis kutipan dan cara mengutip?, 3) apa dasar penentuan dan penggunaan pustaka?, dan 4) bagaimana cara
menuliskan daftar pustaka?.
Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah ini adalah 1) untuk mengetahui hakikat mengutip, 2)
untuk mengetahui jenis kutipan dan cara mengutip, 3) untuk mengetahui dasar penentuan
dan penggunaan pustaka, dan 4) untuk mengetahui cara menuliskan daftar pustaka.
II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Mengutip
Menurut KBBI
(2008), mengutip artinya mengambil perkataan atau kalimat-kalimat dari buku, memetik
karangan, menukil ataupun mengumpulkan dari berbagai sumber.
Kutipan bisa bersumber dari berbagai
pustaka. Sumber kutipan bisa diambil dari buku, majalah, artikel, skripsi,
tesis dan sebagainya. “Pustaka-pustaka yang digunakan sebagai sumber adalah
berupa jurnal hasil penelitian, disertasi, tesis, skripsi, buku, makalah,
strikel, dokumen resmi dan bahan-bahan pustaka lainnya,” ungkap Wendra (2013:
92).
Aktivitas mengutip bisa penulis nyatakan
bukanlah sebagai hal yang berlebihan tetapi
tetap saja wajib diterapkan. Mengutip itu adalah aktivitas yang penting
diterapkan dalam penulisan karya ilmiah.
“Menggunakan kutipan dalam penulisan karya ilmiah
merupakan hal yang sangat penting. Dalam karya ilmiah hakikatnya seorang
penulis mengemukakan pikiran atau pendapatnya. Menyampaikan pendapat hakikatnya
adalah menyampaikan argumentasi. Untuk menyampaikan argumentasi inilah diperlukan bukti-bukti atau fakta yang
dapat memperkuat argumentasinya” (Wendra 2013: 88).
“Mendukung ide dengan kutipan juga
merupakan hal yang penting dalam proses penulisan karya ilmiah. Dalam semua
penulisan karya ilmiah ... penulis pasti memakai kutipan untuk mendukung
idenya” (Wahab, 1999: 46).
Kutipan itu bukan dikutip hanya sekadar
pelengkap saja untuk karya ilmiah yang sudah penulis buat, melainkan sebagai
sesuatu yang lengkap menyajikan kebenaran dan yang akan mendukung tulisan yang
penulis buat untuk digugu, dipercaya, diterima oleh pembaca lainnya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang disimpulkan Wendra (2013:89), “Dengan
demikian[,] kutipan-kutipan yang digunakan dalam menulis karya ilmiah bukanlah
sekadar kumpulan kutipan, tetapi kutipan diperlukan dalam rangka menguatkan
terhadap kebenaran pernyataan-pernyataan yang disampaikan penulis”.
Wendra (2013:88) menyatakan, “Dalam
karya ilmiah hakikatnya seorang penulis mengemukakan pikiran atau pendapatnya”.
Untuk menguatkan pendapat-pendapat dalam
karya ilmiah, kerap kali penulis menggunakan kutipan yang diperolehnya dari
berbagai sumber sebagai testimoni (surat keterangan) dalam karyanya. Jadi,
mencantumkan atau menggunakan kutipan dalam karya ilmiah bukanlah merupakan
sebuah kesalahan, melainkan suatu hal yang diperkenankan asalkan dibuat
mengikuti aturan pengutipan. Meskipun demikian, bukan berarti ketika menulis
sebuah karya ilmiah isinya hanya kutipan-kutipan seluruhnya. Satu hal yang
harus diingat bahwa, pencantuman kutipan dari berbagai sumber dalam sebuah
karya ilmiah hanya kita perlukan untuk menguatkan argumentasi kita. Mengutip
pun akan lebih bagus kalau dilakukan langsung berdasarkan sumber aslinya.
“Pengutipan diharapkan dari sumber aslinya, bukan mengutip dari yang telah
dikutip orang”, menurut Wendra (2013: 89).
2.2Jenis Kutipan dan Cara Mengutip
Ada dua jenis penulisan kutipan. Kutipan
yang dimaksud yakni kutipan langsung atau kutipan lengkap dan kutipan tidak
langsung atau kutipan isi (Wendra, 2013).
Menurut Wahab (1999: 47), “Kutipan
langsung adalah kutipan yang diambil persis sama dengan sumber aslinya tanpa
mengubah susunan kalimatnya” Hampir mirip dengan itu, Wendra (2013: 89)
menyatakan “Kutipan langsung adalah kutipan yang langsung mengutip apa adanya
dari sumbernya atau teks asli dikutip kata dan kalimatnya secara lengkap”.
“Kutipan tidak langsung adalah kutipan
yang tidak secara langsung mengutip apa adanya kata dan kalimat dari teks
aslinya[,] tetapi yang dikutip adalah isinya yakni isinya sama seperti teks
aslinya[,] tetapi si pengutip menggunakan kata-kata atau kalimatnya sendiri,”
menurut Wendra (2013: 89).
Perbedaan kutipan langsung dan kutipan
tidak langsung yang paling kentara tampak pada ada atau tidaknya tanda kutip
(“....”), dan ada atau tidaknya nomor halaman. Bilamana penulisan kutipan
disertai tanda kutip tersebut, huruf awal kutipan itu ditulis dengan huruf
kapital. Hal itu sejalan dengan isi kutipan dalam Pedoman Lengkap Ejaan Yang Disempurnakan (2011) “Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
petikan langsung”. Untuk lebih jelasnya
lagi, secara lebih spesifik penjelasan mengenai kutipan langsung dan tidak
langsung tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a.
Kutipan Langsung
Kutipan langsung ada dua yakni kutipan langsung pendek dan
kutipan langsung panjang (Wendra, 2013).
1.
Kutipan langsung pendek
Kutipan langsung pendek adalah kutipan yang berisi empat
baris atau kurang dari 40 kata. Kutipan ini ditulis di antara tanda kutip
(“….”) dan nomor halaman juga disebutkan. Dalam Pedoman
Lengkap Ejaan Yang Disempurnakan (2011) dipaparkan bahwa tanda petik dipakai untuk mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis
lain. Pada kutipan pendek nama pengarang
dapat ditulis secara terpadu (disatukan) dalam teks atau menjadi satu dengan
tahun dan nomor halaman buku yang dirujuk dalam kurung. Sumber kutipan dapat
dituliskan diawal kutipan atau diakhir kutipan.
a.
Nama pengarang ditulis terpadu dengan
teks.
Contoh
Sucipto (1990: 123) menjelaskan “Dalam memperlancar proses pembangunan
diwilayah pedesaan diperlukan partisipasi tokoh masyarakat, warga, dan aparat
pemerintah desa.”
b.
Nama pengarang disebut bersama dengan
tahun penerbitan dan nomor halaman.
Contoh
Sesuai dengan uraian diatas, dijelaskan
“Dalam
memperlancar proses pembangunan diwilayah pedesaan diperlukan partisipasi tokoh
masyarakat, warga masyarakat, dan aparat pemerintah desa” (Sucipto,1990: 123).
c.
Jika di dalam kutipan terdapat tanda
kutip, digunakan tanda kutip tunggal (‘….’). Contoh
Dalam penejelasannya, Dardjowidjoyo
(1992: 4) menjelaskan “Kota Leidan di Negeri Belanda merupakan ‘Kota Suci’
berkembangnya pengajaran Bahasa Indonesia untuk penutur asing”.
d.
Jika penulis terdiri atas dua
orang, kedua penulis tersebut harus
disebutkan.
Contoh
Swales dan Feak (1997: 175) menunjuk bahwa “Bidang
penelitian itu penting, sentral, menarik, problematis, atau relevan dalam
beberapa hal”.
e.
Jika penulisnya lebih dari tiga orang
maka nama yang disebut adalah nama penulis pertama dan diikuti dengan et.al/dkk
Contoh
Sutama dkk. (1998: 47) menyimpulkan bahwa “Pemaduan
pendekatan konteks, proses, dan pola dapat meningkatkan mutu pembelajaran
menulis”.
2.
Kutipan Panjang
Kutipan
yang berisi lebih dari 4 baris /40 kata ditulis tanpa tanda kutip secara
terpisah dari teks yang mendahului, dimulai setelah ketukan kelima (1 bab) dari
garis tepi sebelah kiri dan diketik dengan spasi tunggal yang ditulis satu
garis lurus dengan baris kutipan paling awal (tidak diperlukan seperti menulis
alenia baru). Nomor halaman harus ditulis juga.
Contoh
Mulyasa (2002:
54) menyatakan beberapa keuntungan yang bisa diperoleh melalui penerapan MBS,
yaitu:
Dengan MBS, kebijakan dan kewenangan sekolah membawa
pengaruh… kepada peserta didik, orang tua, dan guru. Dengan MBS, dapat
dilakukan pengelolaan yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya local.
Selain itu dengan MBS, pembinsan terhadap peserta didik dilakukan secara
efektif, misalnya tentang kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan,
tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.
Apabila
kutipan terdiri atas beberapa alenia, penulisannya tetap seperti diatas, hanya
penulisan antara alenia diberi jarak dua spasi. Jika bagian dari yang dikutip
ada bagian yang dihilangkan, pada jenis kutipan apa pun, maka penulisan pada
bagian yang hilang itu diganti dengan tiga buah titik (lihat contoh diatas).
b.
Kutipan tidak langsung
Sebagaimana telah dikemukakan di atas
(Wendra, 2013) kutipan tidak langsung dikemukakan
dengan bahasa penulis sendiri ditulis dengan tanpa tanda kutip. Nama pengarang
bahan kutipan ditulis terpadu dengan teks, atau ditulis dalam kurung bersama
tahun penerbitnya. Nomor halaman tidak harus disebutkan.
a.
Nama pengarang ditulis terpadu dengan
teks.
Contoh
Salimin (1990) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga
lebih baik daripada tahun keempat.
b.
Nama pengarang disebut bersama dengan tahun penerbitan
Contoh
Mahasiswa tahun ketiga ternyata lebih banyak
daripada mahsiswa tahun keempat (Salimin,1990).
Wendra (2013) menyatakan bahwa bila
masalah yang dikutip dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yang berbeda,
maka cara penulisan sumber kutipan itu adalah sebagai berikut.
Contoh
Beberapa studi tentang anak-anak yang mengalami kesulitan
belajar (Dunkey, 1972; Migs, 1987; Parmenter, 1973) menunjukan bahwa (tulis
inti sari rumusan yang dipadukan dari ketiga sumber tersebut).
Jika sumber kutipan itu adalah beberapa
karya tulis dari penulis yang sama pada tahun yang sama, maka cara penulisannya
adalah dengan menambah huruf a, b, dan seterusnya pada tahun penerbitan.
Contoh: (Bray; 1998a, 1998b)
c.
Kutipan yang telah dikutip di suatu
sumber
Kutipan yang diambil dari naskah yang
merupakan kutipan dari sumber lain, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dikutip dengan menyebutkan nama penulis asli siapa yang mengemukakan pendapat tersebut
dan nama pengutip pertama serta tahun dikutipnya. Cara merujuk ini hanya
dibolehkan jika sumber asli benar-benar tidak didapatkan, dan harus diungkap
dalam keadaan darurat.
Contoh
Chomsky (dalam Yelon and Weinstein, 1997: 62) mengemukakan “children are born with innate understanding
of structure of language.”
2.3
Dasar Penentuan dan Penggunaan Pustaka
2.3.1 Dasar Penentuan Pustaka
Dalam menentukan pustaka, khususnya
ketika digunakan dalam penulisan karya
ilmiah. Hal pertama yang dilakukan oleh penulis tentu dengan mencari informasi
sebanyak mungkin terkait materi yang ingin ditulis. Mencari informasi bisa
dilakukan dengan banyak cara, salah satunya dengan membaca banyak pustaka
terlebih dahulu. Agar tidak menjadi sia-sia begitu saja, peneliti patut tahu
dasar penentuan pustaka sedari awal.
Untuk mengetahui cocok atau tidaknya
pustaka dengan materi apa yang sedang dibahas oleh penulis, penulis
bersangkutan harus rajin membaca. Semakin banyak referensi relevan yang
digunakan semakin bermutulah karya tulis yang dihasilkan. Banyak membaca
berarti banyak sudut pandang para ahli bisa diketahui. Mencari pustaka yang
benar-benar cocok penting dilakukan agar pustaka tersebut benar-benar mampu
menopang keberadaan materi yang ditulis oleh si penulis.
2.3.2 Dasar Penggunaan Pustaka
Menurut KBBI (2008), pustaka itu berupa
buku, kitab, primbon. “Pustaka-pustaka yang digunakan sebagai sumber adalah
berupa jurnal hasil penelitian, disertasi, tesis, skripsi, buku, makalah,
strikel, dokumen resmi dan bahan-bahan pustaka lainnya,” menurut Wendra (2013:92).
Dalam penelitian ilmiah, para peneliti
bisa menggunakan beberapa pustaka seperti jurnal penelitian, laporan hasil
penelitian, buku yang relevan, surat kabar,
majalah ilmiah, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah yang belum
dipublikasikan, dan sebagainya. Bilamana masalah penelitian yang berkaitan dengan materi yang tersedia dalam
pustaka itu memang relevan, peneliti
bisa langsung mengaitkan dan menyantumkannya dalam bentuk kutipan.
2.4
Cara Menulis Daftar Pustaka
Wendra (2013: 92) menyatakan “Daftar
pustaka adalah daftar pustaka-pustaka yang relevan digunakan dalam mendukung
karya ilmiah yang dibuatnya. Tanjung (2009: 111) “Daftar rujukan [pustaka]
hanya berisi sumber yang digunakan sebagai acuan dalam teks, dari semua sumber
yang dikutip (secara langsung ataupun tidak langsung) harus ditulis dalam
daftar rujukan [pustaka]. Menurut Wahab
(1999: 64), “Cara penulis ... mengakui bahwa ia telah mengutip pendapat orang
lain dalam karya tulisannya adalah dengan menuliskan sumber kutipannya.”
Berdasarkan ketiga pernyataan tersebut,
hal pasti tentang daftar pustaka adalah daftar yang berisikan pustaka-pustaka
yang relevan dengan apa yang termuat dalam pustaka bersangkutan. Selain itu
daftar pustaka juga memiliki aturan tertentu.
Umumnya,
unsur-unsur yang harus ditulis dalam
daftar pustaka ada lima. Unsur-unsur itu
meliputi sebagai berikut.
(1)
Nama pengarang dituliskan tanpa gelar akademik dengan urutan
: nama akhir (dibatasi tanda koma), nama depan yang mengikutinya (sebaiknya
diketik inisialnya saja), dan nama tengah (bila ada). Kemudian penulisan diakhiri dengan tanda
titik. Dalam daftar pustaka gelar akademis, jabatan, atau pangkat penulis tidak
perlu dituliskan.
(2)
Tahun terbit, diakhiri dengan tanda titik.
(3)
Judul buku termasuk subjudul sumber acuan diketik dengan
huruf miring atau digaris bawahi (bila menggunakan mesin ketik manual). Huruf
pertama diketik dengan huruf kapital kecuali pada kata tugas. Kemudian
penulisan diakhiri dengan tanda titik.
(4)
Kota tempat penerbit diakhiri dengan tanda titik dua.
(5)
Nama penerbit diakhiri dengan tanda titik.
Berikut ini adalah cara penulisan daftar pustaka dari
berbagai sumber.
1)
Sumber berupa buku
a)
Penulis satu orang (hanya menulis satu buku)
Contoh
Ramlan, M. 1993. Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduan dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.
Bawa, Wayan. 1998. Dasar-Dasar Biologi Sel. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Catatan:
(a)
Bila penulisan kelima unsur pustaka itu melebihi satu baris,
maka baris kedua dan seterusnya dimulai satu tab (atau menyesuaikan) dari
margin kiri. Penulisan antar baris ditulis berjarak satu spasi dengan baris
sebelumnya.
(b)
Pustaka kedua dan
seterusnya berjarak 1,5 spasi dengan akhir pustaka sebelumnya.
b)
Penulis satu orang (penulis memproduksi lebih dari satu buku
dalam setahun)
Contoh
Kridalaksana, Harimurti. 1984a. Kamus Linguistik. Edisi 2 Cetakan kedua. Jakarta: Gramedia.
------- 1984b. Kelas
Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Catatan: Nama pengarang untuk buku berikutnya
diganti dengan tujuh tanda hubung.
Selain itu, jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang
yang sama dalam tahun yang sama pula, data tahun penerbitan diikuti oleh huruf
a, b, c, dan seterusnya. Urutan itu ditentukan secara kronologis (jika
diketahui) atau berdasarkan abjad buku-bukunya
(c)
Penulis dua orang
Contoh
Shadily, Hasan dan A.G. Pringgodigdo.
1986. Ensiklopedia Umum. Cetakan
ke-6. Yogyakarta: Lanasius
Catatan: Hanya nama pengarang pertama yang
dibalik susunannya, sedangkan nama penulis kedua ditulis dengan susunan normal.
Kedua nama dipisahkan dengan kata dan.
(d)
Penulis lebih dari dua orang
Contoh
Herusantosa, Suparman dkk.1987. Pemetaan Bahasa-Bahasa Nusa Tenggara Barat.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Catatan : Cukup cantumkan nama penulis pertama
yang diikuti dengan dkk. (singkatan
dari dan kawan-kawan) atau et al. (singkatan kata Latin et alii yang berarti ‘dan yang lain-lain). Pilih salah satu
untuk digunakan secara konsisten.
2)
Sumber berupa buku berisi kumpulan
artikel (ada editor)
Contoh
Aminuddin (Ed.). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam
Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.
Catatan: Bedanya ialah adanya unsur tambahan
singkatan Ed.
3)
Sumber dari Artikel
1.
Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel
Contoh
Voorhoeve, P. 1955. “Critical Survey of
Studies on the Language of Sumatra”. Language
of Sumatra Bibliographical. Saries 1. Gravenhage: Martinus Nijhoff.
Catatan:
a. Judul artikel ditulis di antara tanda
petik pada pembuka dan penutup
b.Judul
buku digaris bawahi/ miring ditambahkan halaman/ seri penerbitan.
2.
Artikel dalam Majalah/ Jurnal
Contoh
Pasmidi, Made dkk. 1990. “Inventarisasi
Kesulitan Guru Bahasa Indonesia pada SMA Negeri di Kota Singaraja dalam
Mengajar Pragmatik”. Aneka Widya.
Edisi Khusus (hlm. 89-91).
Ginarsi, Ketut. 1970. “Peribahasa Bali”.
Dalam Majalah Bahasa dan Sastra, Seri
Khusus No. 5. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
3.
Artikel dalam Harian/ Koran
Contoh
Rudianto, Elia. 1996. 11 Desember. “Peranan Otonomi Daerah dalam
Globalisasi”. Kompas. Hlm.4
4.
Artikel dalam Internet
Contoh
Kumaidi. 1998. “Pengukuran Bekal Awal
Belajar dan Pengembangan Tesnya.” Jurnal
Ilmu Pendidikan, (Online), Jilid 5, No.4. (http://www.malang.ac.id,
diakses 20 Januari 2000).
4)
Sumber dari Dokumentasi Resmi
(diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa pengarang dan tanpa lembaga)
Contoh
Undang-Undang Republik Indonesia No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Arnas Duta Jaya.
Catatan: Nama dokumen ditulis paling depan dan
digarisbawahi/dicetak miring. Unsur yang lain ditulis biasa.
5)
Sumber dari lembaga yang ditulis atas
nama lembaga tersebut
Contoh
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1993.
Pedoman Ejaan yang Disempurnakan.
Jakarta: Balai Pustaka.
Catatan: Nama lembaga ditulis paling awal
seperti halnya nama pengarang.
6)
Sumber karya terjemahan
Contoh
Polunin, Ivan
et al. (Ed). 1979. Kehidupan di Dalam
Air: Khasanah Pengetahuan Bagi Anak-Anak. Terjemahan Waluyo Subani. Under Water Life. 1975. Jakarta:
Tira Pustaka.
Catatan:
a.
Nama pengarang asli (dengan pembalikan urutan)
b.
Tahun terbit naskah terjemahan
c.
Judul terjemahan (digarisbawahi/dicetak miring)
d.
Kata terjemahan diikuti nama penerjemah (tanpa pembalikan
nama)
e.
Judul naskah asli (juga digarisbawahi/ dicetak miring)
f.
Tahun terbitnya naskah asli
g.
Nama penerbit terjemahan
7)
Sumber berupa makalah yang disajikan
dalam Seminar, Penataran atau Loka Karya
Contoh
Huda, N. 1991. “Penulisan laporan penelitian untuk jurnal”. Penelitian disajikan dalam Lokakarya
Penelitian Tingkat Dasar bagi Dosen PTN dan PTS di Malang Angkatan XIV. Pusat Penelitian IKIP Malang. Malang, 15 Januari 1991.
Catatan:
a.
Nama pengarang (dengan pembalikan unsur nama)
b.
Tahun terbit makalah
c.
Judul makalah (diapit tanda petik ganda)
d.
Makalah disampaikan dalam ( diikuti nama pertemuan/kegiatan
yang digarisbawahi/ dicetak miring)
e.
Lembaga penyelenggara, dan
f.
Tempat dan tanggal penyelenggaraan.
8)
Sumber berupa tugas Akhir, Skripsi,
Tesis, dan Disertasi
Contoh
Suharta, I Gusti Putu. 1984. “Pengaruh
Sikap Terhadap Matematika Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas I
SPGN Singaraja”. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Unud.
Bawa, Wayan. 198. Pelaksanaan Kurikulum 1975. Dalam Pengajaran Biologi pada Sekolah
Menengah Atas Negeri di Bali. Desertasi
Doktor Pendidikan IKIP Malang. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Departemen
Pendididkan dan Kebudayaan.
Catatan:
Keterangan “tidak diterbitkan” harus dicantumkan kalau Tugas Akhir,
Skripsi, Tesis, dan Disertasi memang belum diterbitkan
3.1
Simpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas, penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut.
1.
Mengutip adalah suatu proses mengambil gagasan, ide, ataupun pernyataan
dari berbagai pustaka yang relevan untuk menguatkan apa-apa yang
dikemukakan oleh penulis dengan mengikuti tata cara penulisan kutipan secara
tepat.
2.
Kutipan ada dua jenis. Kutipan yang dimaksud yakni kutipan
langsung dan tidak langsung. Kutipan langsung dibedakan lagi berdasarkan
banyaknya kata atau jumlah baris yang dikutip menjadi kutipan langsung pendek
dan kutipan langsung panjang. Terkait dengan tata cara mengutip, penulis harus
memerhatikan sejumlah aturan dalam pengutipan. Ada atau tidaknya tanda kutip,
kapan harus menyebutkan nomor halaman, bagaimana format penulisan kutipan,
adalah beberapa contoh aturan yang dimaksud.
3.
Ada beberapa dasar penentuan dan penggunaan pustaka. Hal itu
diantaranya pustaka yang ditentukan penggunaannya adalah pustaka yang memuat
substansi atau isi yang benar - benar relevan dengan permasalahan peneliti,
pustaka itu ditulis oleh penulis yang ahli dibidangnya; pustaka juga masih
mutakhir untuk digunakan (tidak kadaluarsa kecuali dengan perkecualian
tertentu).
4.
Cara menulis daftar pustaka tidak
bisa dipisahkan dengan lima unsur terpenting dalam daftar pustaka. Unsur-unsur
itu meliputi nama pengarang, tahun terbit, judul pustaka, kota terbit, dan nama
penerbit. Lima unsur-unsur itu dituangkan dalam penulisan daftar pustaka dengan
memperhatikan jenis sumber yang digunakan, baik itu sumber berupa buku, artkel
ilmiah, surat kabar, karya terjemahan, dan sebagainya. Mengenai masalah format
penulisannya, secara umum daftar pustaka ditulis berurutan sesuai abjad, baris
kedua dan selanjutnya pada tiap pustaka dalam daftar pustaka dituliskan setelah
ada 1 tab (menjorok ke dalam) dari margin kiri.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan mengenai kutipan dan daftar pustaka, khususnya
dalam penulisan karya ilmiah, hal ini perlu disikapi dengan serius oleh calon penulis
karya ilmiah. Oleh karena itu, masyarakat akademik, baik itu siswa, mahasiswa,
guru, dosen, maupun peneliti hendaknya mengetahui tentang hakikat mengutip,
jenis-jenis kutipan dan cara pengutipannya, dasar penentuan dan penggunaan
pustaka, serta cara menuliskan daftar pustaka dalam rangka memeroleh
referensi-referensi (pustaka) yang sesuai dengan masalah dan sesuai dengan
daftar pustaka. Maka dari itu, diperlukan usaha maksimal untuk
memperolehnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar