Kamis, 19 Juni 2014

Kutipan dan Daftar Pustaka dalam Karya Ilmiah

I.                  PENDAHULUAN

Menulis karya ilmiah dilakukan oleh setiap orang yang akan melakukan sebuah penelitian. Biasanya penelitian dilakukan oleh orang yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Universitas), seperti halnya mahasiswa. Sebuah lembaga akademik diperguruan tinggi, mewajibkan mahasiswanya untuk melakukan sebuah penelitian dan menuliskannya kesebuah bentuk karya ilmiah. Tidak bisa dipungkiri lagi, menulis karya ilmiah sudah menjadi kewajiban yang tidak dapat dihelakkan lagi bagi mahasiswa agar bisa menamatkan dirinya dari perguruan tinggi. 
Membahas aktivitas tulis-menulis khususnya menulis karya ilmiah, dalam praktiknya tentunya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Menurut Wahab (1999:43), “Kebanyakan penulis mendapatkan kesulitan dalam meyakinkan pembacanya karena ia tidak mendukung gagasannya dengan penjelasan yang konkrit.” Pihak penulis yang hanya mengandalkan ingatannya saja dalam membuat karya tulis ilmiah tidak akan bisa menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu. Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan Wahab(1999: 5), “Betapapun mahir dan berpengalaman seorang penulis, tak akan mampu ia menulis dengan kedalaman yang memadai jika ia hanya mengandalkan bahan tulisan yang tersimpan dalam ingatannya.” Menanggapi hal itu, untuk bisa menghasilkan sebuah karya berupa tulisan ilmiah yang bermutu, bisa digugu, dan dijadikan referensi oleh pembacanya, pihak akademisi (penulis karya ilmiah) tidak bisa mengelakkan diri dari aktivitas membubuhi tulisannya dengan  pernyataan-pernyataan relevan yang diambil dari berbagai pustaka.
Menurut Wahab (1999: 43), “Paling tidak, ada empat cara mendukung gagasan yang dapat disajikan kepada pembaca, yaitu dengan memberikan contoh, ilustrasi, kutipan, dan data statistik.” Ia menambahkan, diantara keempatnya itu, yang agak sukar dilakukan adalah memberikan data statistik dan kutipan. Menggunakan data statistik, penulis perlu mempertimbangkan data statistik yang diperlukan itu memang data yang tepat untuk mendukung idenya, dalam mengutip pun, penulis juga harus mempertimbangkan pikiran siapa yang dikutip dan bagaimana mencari sumber yang tepat untuk memperoleh kutipan yang benar-benar diharapkan memenuhi syarat.
Di samping berkaitan dengan kemampuan bagaimana menuliskan kutipan secara benar, kendala lain sebenarnya juga berkaitan erat dengan sejauh mana pengetahuan penulis mengenai aturan menuliskan kutipan (baik langsung maupun tidak langsung) supaya tidak terindikasi sebagai tindakan meniru (plagiat). Penulis perlu tahu bahwa beda jenis kutipan berbeda pula cara penulisan kutipannya. Hal itu patut disikapi penulis, bilamana penulis ingin mendapatkan tulisan  ilmiah yang sesuai dengan aturan pedoman penulisan karya ilmiah.
            Ibarat sayur tanpa garam, terasa hambar pastinya jika tulisan ilmiah tidak disertai  kutipan-kutipan sebagai penguat sekaligus argumen dari pihak penulis itu sendiri.
Selain wajib mengetahui dan menguasai hal-hal terkait kutip-mengutip, penulis karya ilmiah juga harus bertanggung jawab secara etika. Setelah mengutip, penulis perlu mencantumkan informasi tentang sumber kutipan itu secara jelas. (Tanjung 2009) mengutip  pendapat dari penulis lain harus disertai dengan identifikasi sumber yang jelas. Secara tidak langsung, hal itu berarti juga sudah sewajarnya penulis karya ilmiah memiliki pengetahuan, utamanya dalam menuliskan daftar pustaka sebagai wadah mencantumkan pustaka-pustaka sebagai referensinya.
Penulis menekankan bahwa untuk menentukan, menemukan, dan menggunakan pustaka yang benar - benar tepat sungguh tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang apa saja dasar-dasar menentukan pustaka, khususnya ketika digunakan sebagai bahan dalam penulisan karya ilmiah.  Agar argumen penulis jadi relevan, mendukung, dan terkait erat dengan pernyataan yang dibuat oleh penulis, sudah barang tentu penulis tidak boleh keliru menentukan pustaka
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut, 1) apa hakikat mengutip?, 2) bagaimana jenis kutipan dan cara mengutip?, 3) apa dasar penentuan dan penggunaan pustaka?, dan 4) bagaimana cara menuliskan daftar pustaka?.
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah ini adalah  1) untuk mengetahui hakikat mengutip, 2) untuk mengetahui jenis kutipan dan cara mengutip, 3) untuk mengetahui dasar penentuan dan penggunaan pustaka, dan 4) untuk mengetahui cara menuliskan daftar pustaka.




II PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Mengutip

Menurut KBBI (2008), mengutip artinya mengambil perkataan atau kalimat-kalimat dari buku, memetik karangan, menukil ataupun mengumpulkan dari berbagai sumber.
Kutipan bisa bersumber dari berbagai pustaka. Sumber kutipan bisa diambil dari buku, majalah, artikel, skripsi, tesis dan sebagainya. “Pustaka-pustaka yang digunakan sebagai sumber adalah berupa jurnal hasil penelitian, disertasi, tesis, skripsi, buku, makalah, strikel, dokumen resmi dan bahan-bahan pustaka lainnya,” ungkap Wendra (2013: 92).
Aktivitas mengutip bisa penulis nyatakan bukanlah sebagai hal yang berlebihan tetapi  tetap saja wajib diterapkan. Mengutip itu adalah aktivitas yang penting diterapkan dalam penulisan  karya ilmiah.
“Menggunakan  kutipan dalam penulisan karya ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Dalam karya ilmiah hakikatnya seorang penulis mengemukakan pikiran atau pendapatnya. Menyampaikan pendapat hakikatnya adalah menyampaikan argumentasi. Untuk menyampaikan argumentasi  inilah diperlukan bukti-bukti atau fakta yang dapat memperkuat argumentasinya” (Wendra 2013: 88).

“Mendukung ide dengan kutipan juga merupakan hal yang penting dalam proses penulisan karya ilmiah. Dalam semua penulisan karya ilmiah ... penulis pasti memakai kutipan untuk mendukung idenya” (Wahab, 1999: 46).
Kutipan itu bukan dikutip hanya sekadar pelengkap saja untuk karya ilmiah yang sudah penulis buat, melainkan sebagai sesuatu yang lengkap menyajikan kebenaran dan yang akan mendukung tulisan yang penulis buat untuk digugu, dipercaya, diterima oleh pembaca lainnya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang disimpulkan Wendra (2013:89), “Dengan demikian[,] kutipan-kutipan yang digunakan dalam menulis karya ilmiah bukanlah sekadar kumpulan kutipan, tetapi kutipan diperlukan dalam rangka menguatkan terhadap kebenaran pernyataan-pernyataan yang disampaikan penulis”.   
Wendra (2013:88) menyatakan, “Dalam karya ilmiah hakikatnya seorang penulis mengemukakan pikiran atau pendapatnya”. Untuk menguatkan  pendapat-pendapat dalam karya ilmiah, kerap kali penulis menggunakan kutipan yang diperolehnya dari berbagai sumber sebagai testimoni (surat keterangan) dalam karyanya. Jadi, mencantumkan atau menggunakan kutipan dalam karya ilmiah bukanlah merupakan sebuah kesalahan, melainkan suatu hal yang diperkenankan asalkan dibuat mengikuti aturan pengutipan. Meskipun demikian, bukan berarti ketika menulis sebuah karya ilmiah isinya hanya kutipan-kutipan seluruhnya. Satu hal yang harus diingat bahwa, pencantuman kutipan dari berbagai sumber dalam sebuah karya ilmiah hanya kita perlukan untuk menguatkan argumentasi kita. Mengutip pun akan lebih bagus kalau dilakukan langsung berdasarkan sumber aslinya. “Pengutipan diharapkan dari sumber aslinya, bukan mengutip dari yang telah dikutip orang”, menurut Wendra (2013: 89).

2.2Jenis Kutipan dan Cara Mengutip
Ada dua jenis penulisan kutipan. Kutipan yang dimaksud yakni kutipan langsung atau kutipan lengkap dan kutipan tidak langsung atau kutipan isi (Wendra, 2013).
Menurut Wahab (1999: 47), “Kutipan langsung adalah kutipan yang diambil persis sama dengan sumber aslinya tanpa mengubah susunan kalimatnya” Hampir mirip dengan itu, Wendra (2013: 89) menyatakan “Kutipan langsung adalah kutipan yang langsung mengutip apa adanya dari sumbernya atau teks asli dikutip kata dan kalimatnya secara lengkap”.
“Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak secara langsung mengutip apa adanya kata dan kalimat dari teks aslinya[,] tetapi yang dikutip adalah isinya yakni isinya sama seperti teks aslinya[,] tetapi si pengutip menggunakan kata-kata atau kalimatnya sendiri,” menurut Wendra (2013: 89).
Perbedaan kutipan langsung dan kutipan tidak langsung yang paling kentara tampak pada ada atau tidaknya tanda kutip (“....”), dan ada atau tidaknya nomor halaman. Bilamana penulisan kutipan disertai tanda kutip tersebut, huruf awal kutipan itu ditulis dengan huruf kapital. Hal itu sejalan dengan isi kutipan dalam Pedoman Lengkap Ejaan Yang Disempurnakan (2011)   “Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung”.  Untuk lebih jelasnya lagi, secara lebih spesifik penjelasan mengenai kutipan langsung dan tidak langsung tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a.      Kutipan Langsung
Kutipan langsung ada dua yakni kutipan langsung pendek dan kutipan langsung panjang (Wendra, 2013).


1.      Kutipan langsung pendek
Kutipan langsung pendek adalah kutipan yang berisi empat baris atau kurang dari 40 kata. Kutipan ini ditulis di antara tanda kutip (“….”) dan nomor halaman juga disebutkan. Dalam Pedoman Lengkap Ejaan Yang Disempurnakan (2011) dipaparkan bahwa tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.  Pada kutipan pendek nama pengarang dapat ditulis secara terpadu (disatukan) dalam teks atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman buku yang dirujuk dalam kurung. Sumber kutipan dapat dituliskan diawal kutipan atau diakhir kutipan.
a.      Nama pengarang ditulis terpadu dengan teks.
Contoh
Sucipto (1990: 123)  menjelaskan “Dalam memperlancar proses pembangunan diwilayah pedesaan diperlukan partisipasi tokoh masyarakat, warga, dan aparat pemerintah desa.”
b.      Nama pengarang disebut bersama dengan tahun penerbitan dan nomor halaman.
Contoh
Sesuai dengan uraian diatas, dijelaskan “Dalam memperlancar proses pembangunan diwilayah pedesaan diperlukan partisipasi tokoh masyarakat, warga masyarakat, dan aparat pemerintah desa” (Sucipto,1990: 123).
c.       Jika di dalam kutipan terdapat tanda kutip, digunakan tanda kutip tunggal (‘….’). Contoh
Dalam penejelasannya, Dardjowidjoyo (1992: 4) menjelaskan “Kota Leidan di Negeri Belanda merupakan ‘Kota Suci’ berkembangnya pengajaran Bahasa Indonesia untuk penutur asing”.
d.      Jika penulis terdiri atas dua orang,  kedua penulis tersebut harus disebutkan.
Contoh           
Swales dan Feak (1997: 175) menunjuk bahwa “Bidang penelitian itu penting, sentral, menarik, problematis, atau relevan dalam beberapa hal”.
e.       Jika penulisnya lebih dari tiga orang maka nama yang disebut adalah nama penulis pertama dan diikuti dengan et.al/dkk
Contoh
Sutama dkk. (1998: 47) menyimpulkan bahwa “Pemaduan pendekatan konteks, proses, dan pola dapat meningkatkan mutu pembelajaran menulis”.
2.      Kutipan Panjang
Kutipan yang berisi lebih dari 4 baris /40 kata ditulis tanpa tanda kutip secara terpisah dari teks yang mendahului, dimulai setelah ketukan kelima (1 bab) dari garis tepi sebelah kiri dan diketik dengan spasi tunggal yang ditulis satu garis lurus dengan baris kutipan paling awal (tidak diperlukan seperti menulis alenia baru). Nomor halaman harus ditulis juga.
Contoh
Mulyasa (2002: 54) menyatakan beberapa keuntungan yang bisa diperoleh melalui penerapan MBS, yaitu:

Dengan MBS, kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh… kepada peserta didik, orang tua, dan guru. Dengan MBS, dapat dilakukan pengelolaan yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya local. Selain itu dengan MBS, pembinsan terhadap peserta didik dilakukan secara efektif, misalnya tentang kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.

Apabila kutipan terdiri atas beberapa alenia, penulisannya tetap seperti diatas, hanya penulisan antara alenia diberi jarak dua spasi. Jika bagian dari yang dikutip ada bagian yang dihilangkan, pada jenis kutipan apa pun, maka penulisan pada bagian yang hilang itu diganti dengan tiga buah titik (lihat contoh diatas).

b.      Kutipan tidak langsung
Sebagaimana telah dikemukakan di atas (Wendra, 2013) kutipan tidak langsung dikemukakan dengan bahasa penulis sendiri ditulis dengan tanpa tanda kutip. Nama pengarang bahan kutipan ditulis terpadu dengan teks, atau ditulis dalam kurung bersama tahun penerbitnya. Nomor halaman tidak harus disebutkan.
a.      Nama pengarang ditulis terpadu dengan teks.
Contoh
Salimin (1990) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga lebih baik daripada  tahun keempat.
b.      Nama pengarang disebut  bersama dengan tahun penerbitan
Contoh
 Mahasiswa tahun ketiga ternyata lebih banyak daripada mahsiswa tahun keempat (Salimin,1990).
Wendra (2013) menyatakan bahwa bila masalah yang dikutip dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yang berbeda, maka cara penulisan sumber kutipan itu adalah sebagai berikut.
Contoh
Beberapa studi tentang anak-anak yang mengalami kesulitan belajar (Dunkey, 1972; Migs, 1987; Parmenter, 1973) menunjukan bahwa (tulis inti sari rumusan yang dipadukan dari ketiga sumber tersebut).
Jika sumber kutipan itu adalah beberapa karya tulis dari penulis yang sama pada tahun yang sama, maka cara penulisannya adalah dengan menambah huruf a, b, dan seterusnya pada tahun penerbitan.
Contoh: (Bray; 1998a, 1998b)
c.       Kutipan yang telah dikutip di suatu sumber
Kutipan yang diambil dari naskah yang merupakan kutipan dari sumber lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, dikutip dengan menyebutkan nama penulis asli siapa yang mengemukakan pendapat tersebut dan nama pengutip pertama serta tahun dikutipnya. Cara merujuk ini hanya dibolehkan jika sumber asli benar-benar tidak didapatkan, dan harus diungkap dalam keadaan darurat.
Contoh
Chomsky (dalam Yelon and Weinstein, 1997: 62) mengemukakan “children are born with innate understanding of structure of language.


2.3  Dasar Penentuan dan Penggunaan Pustaka
2.3.1 Dasar Penentuan Pustaka
Dalam menentukan pustaka, khususnya ketika digunakan dalam  penulisan karya ilmiah. Hal pertama yang dilakukan oleh penulis tentu dengan mencari informasi sebanyak mungkin terkait materi yang ingin ditulis. Mencari informasi bisa dilakukan dengan banyak cara, salah satunya dengan membaca banyak pustaka terlebih dahulu. Agar tidak menjadi sia-sia begitu saja, peneliti patut tahu dasar penentuan pustaka sedari awal.
Untuk mengetahui cocok atau tidaknya pustaka dengan materi apa yang sedang dibahas oleh penulis, penulis bersangkutan harus rajin membaca. Semakin banyak referensi relevan yang digunakan semakin bermutulah karya tulis yang dihasilkan. Banyak membaca berarti banyak sudut pandang para ahli bisa diketahui. Mencari pustaka yang benar-benar cocok penting dilakukan agar pustaka tersebut benar-benar mampu menopang keberadaan materi yang ditulis oleh si penulis.
2.3.2 Dasar Penggunaan Pustaka
Menurut KBBI (2008), pustaka itu berupa buku, kitab, primbon. “Pustaka-pustaka yang digunakan sebagai sumber adalah berupa jurnal hasil penelitian, disertasi, tesis, skripsi, buku, makalah, strikel, dokumen resmi dan bahan-bahan pustaka lainnya,” menurut Wendra (2013:92). 
Dalam penelitian ilmiah, para peneliti bisa menggunakan beberapa pustaka seperti jurnal penelitian, laporan hasil penelitian,  buku yang relevan,  surat kabar,  majalah ilmiah, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah yang belum dipublikasikan, dan sebagainya. Bilamana masalah penelitian yang  berkaitan dengan materi yang tersedia dalam pustaka itu memang relevan,  peneliti bisa langsung mengaitkan dan menyantumkannya dalam bentuk kutipan.
2.4  Cara Menulis Daftar Pustaka
Wendra (2013: 92) menyatakan “Daftar pustaka adalah daftar pustaka-pustaka yang relevan digunakan dalam mendukung karya ilmiah yang dibuatnya. Tanjung (2009: 111) “Daftar rujukan [pustaka] hanya berisi sumber yang digunakan sebagai acuan dalam teks, dari semua sumber yang dikutip (secara langsung ataupun tidak langsung) harus ditulis dalam daftar rujukan [pustaka]. Menurut  Wahab (1999: 64), “Cara penulis ... mengakui bahwa ia telah mengutip pendapat orang lain dalam karya tulisannya adalah dengan menuliskan sumber kutipannya.”
Berdasarkan ketiga pernyataan tersebut, hal pasti tentang daftar pustaka adalah daftar yang berisikan pustaka-pustaka yang relevan dengan apa yang termuat dalam pustaka bersangkutan. Selain itu daftar pustaka juga memiliki aturan tertentu.
Umumnya, unsur-unsur  yang harus ditulis dalam daftar  pustaka ada lima. Unsur-unsur itu meliputi sebagai berikut.
(1)   Nama pengarang dituliskan tanpa gelar akademik dengan urutan : nama akhir (dibatasi tanda koma), nama depan yang mengikutinya (sebaiknya diketik inisialnya saja), dan nama tengah (bila ada).  Kemudian penulisan diakhiri dengan tanda titik. Dalam daftar pustaka gelar akademis, jabatan, atau pangkat penulis tidak perlu dituliskan.
(2)   Tahun terbit, diakhiri dengan tanda titik.
(3)   Judul buku termasuk subjudul sumber acuan diketik dengan huruf miring atau digaris bawahi (bila menggunakan mesin ketik manual). Huruf pertama diketik dengan huruf kapital kecuali pada kata tugas. Kemudian penulisan diakhiri dengan tanda titik.
(4)   Kota tempat penerbit diakhiri dengan tanda titik dua.
(5)   Nama penerbit diakhiri dengan tanda titik.
Berikut ini adalah cara penulisan daftar pustaka dari berbagai sumber.
1)  Sumber berupa buku
a)      Penulis satu orang (hanya menulis satu buku)
Contoh
Ramlan, M. 1993. Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduan dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.
Bawa, Wayan. 1998. Dasar-Dasar Biologi Sel. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


Catatan:
(a)      Bila penulisan kelima unsur pustaka itu melebihi satu baris, maka baris kedua dan seterusnya dimulai satu tab (atau menyesuaikan) dari margin kiri. Penulisan antar baris ditulis berjarak satu spasi dengan baris sebelumnya.
(b)      Pustaka kedua dan seterusnya berjarak 1,5 spasi dengan akhir pustaka sebelumnya.
b)      Penulis satu orang (penulis memproduksi lebih dari satu buku dalam setahun)
Contoh
Kridalaksana, Harimurti. 1984a. Kamus Linguistik. Edisi 2 Cetakan kedua. Jakarta: Gramedia.
------- 1984b. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Catatan: Nama pengarang untuk buku berikutnya diganti dengan tujuh tanda hubung. Selain itu, jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang yang sama dalam tahun yang sama pula, data tahun penerbitan diikuti oleh huruf a, b, c, dan seterusnya. Urutan itu ditentukan secara kronologis (jika diketahui) atau berdasarkan abjad buku-bukunya
(c)    Penulis dua orang
Contoh
Shadily, Hasan dan A.G. Pringgodigdo. 1986. Ensiklopedia Umum. Cetakan ke-6.   Yogyakarta: Lanasius
Catatan: Hanya nama pengarang pertama yang dibalik susunannya, sedangkan nama penulis kedua ditulis dengan susunan normal. Kedua nama dipisahkan dengan kata dan.
(d)   Penulis lebih dari dua orang
Contoh
Herusantosa, Suparman dkk.1987. Pemetaan Bahasa-Bahasa Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Catatan : Cukup cantumkan nama penulis pertama yang diikuti dengan dkk. (singkatan dari dan kawan-kawan) atau et al. (singkatan kata Latin et alii yang berarti ‘dan yang lain-lain). Pilih salah satu untuk digunakan secara konsisten.
2)   Sumber berupa buku berisi kumpulan artikel (ada editor)
Contoh
Aminuddin (Ed.). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.
Catatan: Bedanya ialah adanya unsur tambahan singkatan Ed.
3)   Sumber dari Artikel
1.      Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel
Contoh
Voorhoeve, P. 1955. “Critical Survey of Studies on the Language of Sumatra”. Language of Sumatra Bibliographical. Saries 1. Gravenhage: Martinus Nijhoff.
Catatan:
a. Judul artikel ditulis di antara tanda petik pada pembuka dan penutup
b.Judul buku digaris bawahi/ miring ditambahkan halaman/ seri penerbitan.
2.      Artikel dalam Majalah/ Jurnal
Contoh
Pasmidi, Made dkk. 1990. “Inventarisasi Kesulitan Guru Bahasa Indonesia pada SMA Negeri di Kota Singaraja dalam Mengajar Pragmatik”. Aneka Widya. Edisi Khusus (hlm. 89-91).

Ginarsi, Ketut. 1970. “Peribahasa Bali”. Dalam Majalah Bahasa dan Sastra, Seri Khusus No. 5. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

3.      Artikel dalam Harian/ Koran
Contoh
Rudianto, Elia. 1996. 11 Desember. “Peranan Otonomi Daerah dalam Globalisasi”. Kompas. Hlm.4


4.      Artikel dalam Internet
Contoh
Kumaidi. 1998. “Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya.” Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), Jilid 5, No.4. (http://www.malang.ac.id, diakses 20 Januari 2000).
4)   Sumber dari Dokumentasi Resmi (diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa pengarang dan tanpa lembaga)
Contoh
Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Arnas Duta Jaya.

Catatan: Nama dokumen ditulis paling depan dan digarisbawahi/dicetak miring. Unsur yang lain ditulis biasa.
5)   Sumber dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga tersebut
Contoh
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1993. Pedoman Ejaan  yang  Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.
Catatan: Nama lembaga ditulis paling awal seperti halnya nama pengarang.

6)   Sumber karya terjemahan
     Contoh             
Polunin, Ivan et al. (Ed). 1979. Kehidupan di Dalam Air: Khasanah Pengetahuan Bagi Anak-Anak. Terjemahan Waluyo Subani. Under Water Life. 1975. Jakarta: Tira Pustaka.

Catatan:
a.       Nama pengarang asli (dengan pembalikan urutan)
b.      Tahun terbit naskah terjemahan
c.       Judul terjemahan (digarisbawahi/dicetak miring)
d.      Kata terjemahan diikuti nama penerjemah (tanpa pembalikan nama)
e.       Judul naskah asli (juga digarisbawahi/ dicetak miring)
f.       Tahun terbitnya naskah asli
g.      Nama penerbit terjemahan
7)   Sumber berupa makalah yang disajikan dalam Seminar, Penataran atau Loka Karya
Contoh
Huda, N. 1991. “Penulisan laporan penelitian untuk jurnal”. Penelitian disajikan dalam Lokakarya Penelitian Tingkat Dasar bagi Dosen PTN dan PTS di Malang Angkatan XIV. Pusat Penelitian IKIP Malang. Malang, 15 Januari 1991.

Catatan:
a.       Nama pengarang (dengan pembalikan unsur nama)
b.      Tahun terbit makalah
c.       Judul makalah (diapit tanda petik ganda)
d.      Makalah disampaikan dalam ( diikuti nama pertemuan/kegiatan yang digarisbawahi/ dicetak miring)
e.       Lembaga penyelenggara, dan
f.       Tempat dan tanggal penyelenggaraan.
8)   Sumber berupa tugas Akhir, Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Contoh
Suharta, I Gusti Putu. 1984. “Pengaruh Sikap Terhadap Matematika Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas I SPGN Singaraja”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Unud.

Bawa, Wayan. 198. Pelaksanaan Kurikulum 1975. Dalam Pengajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Bali. Desertasi Doktor Pendidikan IKIP Malang. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Departemen Pendididkan dan Kebudayaan.
Catatan:
Keterangan “tidak diterbitkan” harus dicantumkan kalau Tugas Akhir, Skripsi, Tesis, dan Disertasi memang belum diterbitkan
III PENUTUP
3.1   Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis dapat menarik  kesimpulan sebagai berikut.
1.     Mengutip adalah suatu proses mengambil gagasan, ide, ataupun pernyataan dari berbagai pustaka yang relevan untuk menguatkan apa-apa yang dikemukakan oleh penulis dengan mengikuti tata cara penulisan kutipan secara tepat.
2.     Kutipan ada dua jenis. Kutipan yang dimaksud yakni kutipan langsung dan tidak langsung. Kutipan langsung dibedakan lagi berdasarkan banyaknya kata atau jumlah baris yang dikutip menjadi kutipan langsung pendek dan kutipan langsung panjang. Terkait dengan tata cara mengutip, penulis harus memerhatikan sejumlah aturan dalam pengutipan. Ada atau tidaknya tanda kutip, kapan harus menyebutkan nomor halaman, bagaimana format penulisan kutipan, adalah beberapa contoh aturan yang dimaksud.
3.     Ada beberapa dasar penentuan dan penggunaan pustaka. Hal itu diantaranya pustaka yang ditentukan penggunaannya adalah pustaka yang memuat substansi atau isi yang benar - benar relevan dengan permasalahan peneliti, pustaka itu ditulis oleh penulis yang ahli dibidangnya; pustaka juga masih mutakhir untuk digunakan (tidak kadaluarsa kecuali dengan perkecualian tertentu). 
4.     Cara menulis daftar pustaka tidak bisa dipisahkan dengan lima unsur terpenting dalam daftar pustaka. Unsur-unsur itu meliputi nama pengarang, tahun terbit, judul pustaka, kota terbit, dan nama penerbit. Lima unsur-unsur itu dituangkan dalam penulisan daftar pustaka dengan memperhatikan jenis sumber yang digunakan, baik itu sumber berupa buku, artkel ilmiah, surat kabar, karya terjemahan, dan sebagainya. Mengenai masalah format penulisannya, secara umum daftar pustaka ditulis berurutan sesuai abjad, baris kedua dan selanjutnya pada tiap pustaka dalam daftar pustaka dituliskan setelah ada 1 tab (menjorok ke dalam) dari margin kiri.
3.2  Saran
               Berdasarkan pembahasan mengenai kutipan dan daftar pustaka, khususnya dalam penulisan karya ilmiah, hal ini perlu disikapi dengan serius oleh calon penulis karya ilmiah. Oleh karena itu, masyarakat akademik, baik itu siswa, mahasiswa, guru, dosen, maupun peneliti hendaknya mengetahui tentang hakikat mengutip, jenis-jenis kutipan dan cara pengutipannya, dasar penentuan dan penggunaan pustaka, serta cara menuliskan daftar pustaka dalam rangka memeroleh referensi-referensi (pustaka) yang sesuai dengan masalah dan sesuai dengan daftar pustaka. Maka dari itu, diperlukan usaha maksimal untuk memperolehnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar